CUKUP
Sebuah Perenungan - Dr. Heintje Kobstan
"CUKUP"
Bagi anak remaja mungkin kata cukup itu jika ia bisa menghabiskan 3 mangkok bakso. Berbeda dengan orang dewasa, kata cukup itu adalah 1 mangkok bakso. Bagi sebagian orang ukuran cukup itu akan berbeda satu dengan yang lainnya. Cukup itu relatif. Bagi masyarakat marjinal, kata cukup itu adalah rumah yang bisa berteduh walau sederhana, bisa makan tepat waktu dengan menu yang sederhana, dll... tapi akan berbeda jika kata cukup dipandang dari sudut kaum berada.
Keserakahan tidak akan mengenal kata cukup. Walau sudah punya tetapi tetap mau mengambil terus. Contoh sederhana adalah ketika ke pesta, ada orang-orang yang mengambil makanan seperti memindahkan gunung ke dalam piringnya seolah-olah takut kehabisan dan juga akhirnya ada yang tak menghabiskannya karena sudah kenyang. Cukup itu mengandung batasan ukuran, walaupun makanan banyak tapi kalau sudah kenyang sudah tidak bisa makan lagi.
Mengapa harus ada kata cukup? Agar kita bisa menikmati kehidupan ini dengan rasa syukur dan tidak terbeban dengan semua kelebihan yang kita miliki. Banyak uang juga banyak susahnya, banyak harta juga banyak deritanya. Jika kita merasa cukup dengan semua yang kita miliki berarti setiap kelebihan dari yang kita punya adalah berkah Tuhan bagi orang lain yang dititipkan Tuhan untuk kita kelola. Kata cukup juga berhubungan dengan kata puas. Oleh karena itu puaskanlah dirimu dengan semua yang kau miliki. Keserakahan hanya akan membawa kita kepada penghukuman. #passionateheintje.blogspot.com
"Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu."
Komentar
Posting Komentar