Devotion 807 : PENGHIBUR YANG MENGHAKIMI
Devotion 807 - Dr. Heintje Kobstan
PENGHIBUR YANG MENGHAKIMI
Bacaan: Ayub 16
Pernahkah kita mengirimkan ucapan duka cita baik melalui krans bunga, sms atau media online? Apa yang sering kita tuliskan, mungkin pada umumnya adalah turut berduka cita, turut bersimpati dan lain-lain. Seringkali ucapan itu sudah menjadi kebiasaan atau copy paste saja. Pernahkah juga kita pergi ke rumah duka dan bertemu dengan keluarga yang berduka kemudian memberi kata-kata penghiburan? Tetapi itupun menjadi kebiasaan saja. Namun pernahkah kehadiran kita menjadi sukacita bagi keluarga duka karena kita menjadi orang yang hanya mendengar keluh kesah mereka tanpa mengomentari ataupun menghakimi apa yang sedang terjadi? Kehadiran kita sudah merupakan sukacita dan penghiburan buat mereka.
Ayub mengatakan kepada Elifas bahwa mereka adalah penghibur sialan atau penghibur yang membuat persoalan. Karena mereka tidak hadir untuk menghibur tetapi menghakimi. Nasihat dari ketiga sahabat bukan hanya tidak relevan, namun juga menunjukkan bahwa mereka mengabaikan penghiburan dari kebenaran yang bersifat menyelamatkan. Makanya Ayub berkata sekiranya kamu berada ditempatku maka akupun bisa berkata-kata seperti kalian. Merangkaikan kata-kata indah namun bisa jadi itulah penghakiman yang kita berikan. Ayub pun menyampaikan perkaranya kepada Tuhan bahwa penderitaan ini telah membuat keluarganya tercerai berai. Anak-anaknya mati dalam musibah dan istrinya menyuruh Ayub untuk mengutuki Tuhan. Bukankah Ayub sendirian ketika menghadapi penderitaan ini? Jadi Ayub menyatakan bahwa Tuhanlah penyebab penderitaan yang ia alami. Ayub bisa menerima penderitaan ini tetapi tidak bisa menerima cemoohan para sahabatnya sehingga ia menyampaikan perkaranya di hadapan Tuhan. Namun dalam semua itu, mata Ayub tertuju kepada Tuhan sambil menangis ia membawa perkaranya supaya Tuhan memutuskan perkara antara manusia dengan Allah, dan antara manusia dengan sesamanya.
Dalam penderitaan seringkali bukan penghiburan yang kita terima tetapi ejekan dan penghakiman namun biarlah mata kita terus memandang kepada Tuhan sumber pengharapan dan penghiburan sejati.
Ayub 16:20 "Sekalipun aku dicemoohkan oleh sahabat-sahabatku, namun ke arah Allah mataku menengadah sambil menangis."
Komentar
Posting Komentar