Devotion 389 : PENGAMPUNAN VS BALAS DENDAM
Devotion 389 - Dr. Heintje Kobstan
PENGAMPUNAN VS BALAS DENDAM
Bacaan: Kejadian 34
Balas dendam tidak akan menyelesaikan masalah.
Sikhem melakukan perbuatan cemar kepada Dina. Ia memperkosa Dina dan ingin mengambilnya menjadi istrinya. Kedengaranlah kepada Yakub peristiwa ini tetapi ia mendiamkannya kepada anak-anaknya karena mereka masih di padang penggembalaan. Dina merupakan anak perempuan Yakub satu-satunya dan dimanja olehnya. Mungkin juga karena Dina merasa kesepian, maka ia pergi mengunjungi perempuan-perempuan di negeri itu. Saat itu Sikhem melihat Dina, lalu melarikan dan memperkosanya. Kata dilarikannya (Ibr, lãgah), menunjukkan bahwa Dina diambil Sikhem dengan memakai kekuatan yang membuatnya tidak berdaya. Kata diperkosa (Ibr, ánâ), menunjukkan perlakuan yang tidak senonoh.
Dalam kisah ini, Sikhem merupakan gambaran manusia yang selalu menuruti keinginan hawa nafsunya sehingga mendatangkan celaka baik bagi dirinya maupun kaumnya. Tapi Yakub juga patut untuk disalahkan karena ia mendiamkan peristiwa ini sampai anak-anaknya kembali dari padang pengembalaan. Apakah Yakub merasa takut karena mereka hanya pendatang atau dengan sengaja hendak melimpahkan penyelesaian kasus ini kepada anak-anaknya. Hemor - ayah Sikhem menemui Yakub untuk bertanggung jawab karena Sikhem jatuh cinta kepada Dina. Disisi lain, anak-anak Yakub menggunakan taktik keagamaan yaitu sunat untuk membalas dendam mereka. Hemor dan Sikhem mengajak seluruh laki-laki untuk disunat dengan tujuan supaya bisa kawin campur dengan kaum Yakub. Anak-anak Yakub berusaha menghapus noda aib Dina dengan noda aib juga yaitu membunuh bahkan mereka menjarah harta dan menawan anak serta perempuan orang Hewi.
Manusia sering menutup aib atau dosa dengan melakukan dosa yang lain bahkan lebih besar. Hanya tindakan pengampunan yang dapat menyelesaikan semua kesalahan.
#passionateheintje.blogspot.com
Kejadian 34:31 "Tetapi jawab mereka: "Mengapa adik kita diperlakukannya sebagai seorang perempuan sundal!"
Komentar
Posting Komentar