Devotion 366 : OBSESI YANG MENGHANCURKAN
Devotion 366 - Dr. Heintje Kobstan
OBSESI YANG MENGHANCURKAN
Bacaan: Kejadian 11
Jangan andalkan kekuatan dan kemampuan kita untuk membangun kerajaan sendiri tetapi bangunlah kerajaan Allah.
Manusia diciptakan Tuhan dengan tujuan untuk berkuasa dan mengelola semua ciptaanNya. Manusia setelah air bah tetap memiliki natur dosa yang membuat mereka tetap memberontak kepada Allah. Dengan kekuatan dan akal budi yang diberikan Tuhan, manusia terobsesi membangun kota dan menara yang puncaknya sampai ke langit. Ini bukti dari keinginan untuk menyaingi Allah. Mereka hendak menyamai Yang Mahatinggi bukan dalam kekudusan, melainkan dalam keangkuhan hati.
Babel dibangun supaya mereka tidak terserak, bersatu membangun kekuatan sendiri. Inilah bentuk ketidaktaatan manusia pada rencana Allah yang menginginkan manusia untuk memenuhi bumi. Kesombongan manusia yang ingin mencari nama, membangun kerajaannya sendiri, bukan kerajaan Allah. Sehingga Allah pun memecah belah permufakatan mereka yang jahat dengan mengacaukan bahasa mereka. Menurut ahli perkamusan Ibrani, kata Babel tidak mungkin berasal dari kata balal, "membingungkan, mencampurkan" tetapi "pintu gerbang Allah." Namun tempat itu dinamakan Babel, kekacauan. Orang-orang yang ingin memiliki nama besar, umumnya berakhir dengan nama buruk. Richardson mengatakan, "Ketika manusia di dalam keangkuhannya bermegah atas prestasi yang mereka capai, yang dihasilkan tidak lebih daripada perpecahan, kekacauan dan kebingungan; tetapi ketika karya ajaib Allah diberitakan, setiap orang dapat mendengar Injil rasuli dalam bahasanya sendiri"
Seharusnya manusia menggenapi rencana Allah. Bahasa yang mempersatukan seluruh orang percaya adalah bahasa ketaatan dan kasih kepada Tuhan. Jangan andalkan kekuatan dan kemampuan kita untuk membangun kerajaan sendiri tetapi kerajaan Allah.
#passionateheintje.blogspot.com
Kej. 11:7 "Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing."
Komentar
Posting Komentar