Devotion 818 : UJIAN INTEGRITAS DAN IMAN

Devotion 818 - Dr. Heintje Kobstan
UJIAN INTEGRITAS DAN IMAN
Bacaan: Ayub 27

Perjuangan Ayub untuk mempertahankan kebenaran tentang dirinya sungguh luar biasa. Ayub tetap dalam keyakinan yang penuh bahwa ia tidak bersalah seperti yang dituduhkan oleh para sahabatnya. Apalagi ketika mereka menyatakan Ayub sebagai orang fasik. Ibaratnya sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Tidak sedikit para tokoh iman yang berjuang bagi kebenaran Tuhan, divonis hukuman mati atau dibunuh akibat kesalahan yang tidak dilakukannya.

Demi memperjuangkan kebenaran dirinya, maka Ayub mengeluarkan pernyataan "Demi Allah yang hidup, yang tidak memberi keadilan kepadaku, dan demi Yang Mahakuasa, yang memedihkan hatiku,.." Kalimat ini bukan merupakan acungan tinju menantang Tuhan, melainkan teriakan iman yang bertanya dari dalam pergumulan untuk memahami mengapa penderitaan harus terjadi menimpa dirinya. Seakan-akan hidup tidak adil bagi Ayub karena Ayub bukanlah orang fasik yang harus menanggung penderitaan ini dan ia ada di posisi yang benar. Namun walaupun hidup tidak adil pada Ayub, dengan keteguhan imannya ia masih bisa berkata, "selama nafasku masih ada padaku, dan roh Allah masih di dalam lubang hidungku, maka bibirku sungguh-sungguh tidak akan mengucapkan kecurangan,.... Kebenaranku kupegang teguh dan tidak kulepaskan; hatiku tidak mencela sehari pun dari pada umurku." Ini bukanlah sumpah tetapi Ayub menyatakan integritas hidupnya dan ia tetap beriman bahwa Tuhan akan bertindak menempatkan semuanya pada tempatnya. Ayub tidak mengatakan bahwa orang benar pasti hidupnya sukses dan senang. Tetapi, dia meyakini bahwa orang fasik akhirnya akan mendapatkan ganjaran setimpal dari Tuhan.

Penderitaan akan menguji integritas hidup dan iman orang percaya.

#passionateheintje.blogspot.com
Ayub 27:4 "...maka bibirku sungguh-sungguh tidak akan mengucapkan kecurangan, dan lidahku tidak akan melahirkan tipu daya."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Devotion 1002 : AKAL BUDI DAN PENGERTIAN

Devotion 482 : BERJALAN DALAM KEHENDAKNYA

PENJILAT